Skandal Bawang Putih Ilegal di Pontianak: Ketika Mafia Pangan Tertawa, Hukum Diam Membisu

Pontianak, Kalimantan Barat — Di balik aroma bawang putih yang menyengat, terselip skandal besar yang membusuk. Bawang putih ilegal merek AAA Panda membanjiri pasar-pasar tradisional di Pontianak masuk bebas, dibongkar terang-terangan, disimpan di gudang-gudang bayangan, dan dijual seolah sah. Semua terjadi di depan mata, namun tak ada satu pun aparat yang bertindak.
Ini bukan cerita baru. Ini adalah babak lanjutan dari drama panjang penyelundupan bawang putih yang tak kunjung terselesaikan. Pertanyaannya bukan lagi "apakah ini ilegal?" Tapi: siapa yang melindungi?
Awak media yang menyisir Pasar Pelamboyan Central Buah dan Sayur, Jalan Pahlawan Pontianak, mendapati pembongkaran bawang putih ilegal terjadi secara terang-terangan. Saat ditelusuri, sejumlah pedagang menolak bicara. Namun satu nama muncul berulang: JR, disebut-sebut sebagai aktor utama jaringan bawang putih ilegal dari Sungai Ambawang, Kubu Raya, raja bawang putih ilegal yang mengendalikan aliran suplai ke kota dan sekitarnya.
Lebih dari itu, berbagai gudang penyimpanan ilegal yang tersebar di Pontianak disebut sudah lama diketahui publik. Tapi, mengapa tak satu pun digerebek? Mengapa tak ada penangkapan?
Mafia ini bukan hanya menguasai pasar tapi juga diduga telah membungkam hukum.
Di tengah krisis kepercayaan publik terhadap penegakan hukum, skandal ini menjadi simbol nyata bagaimana hukum bisa dibeli, dan kejahatan bisa dilindungi. Bea Cukai? Karantina? Penegak hukum? Semua seakan hilang suara, membiarkan praktik ilegal ini merajalela.
Masyarakat tak lagi butuh janji. Mereka menunggu tindakan. Dan jika tak ada tindakan, maka kita berhak curiga: apakah hukum sedang berselingkuh dengan mafia?
Jika aparat masih diam, publik akan bersuara. Jika hukum tak bertindak, sejarah akan mencatatnya. Ini bukan sekadar bawang putih. Ini adalah ujian integritas negara. (TIM)